Global Leadership Councill (GLC) dari Global Energy Alliance for People and Planet (GEAPP) mengumumkan bahwa sejumlah negara telah menegaskan komitmennya terhadap Konsorsium Sistem Battery Energy Storage System (BESS). Komitmen ini diumumkan dalam pelaksanaan Konferensi United Nations Climate Change Conference (COP28) 2023 dan mendapat tanggapan positif dari Indonesia.
Dilansir dari Rockefeller Foundation, beberapa negara yang berkomitmen antara lain Barbados, Belize, Mesir, Ghana, India, Kenya, Malawi, Mauritania, Mozambik, Nigeria, dan Togo. Melalui Konsorsium BESS, negara-negara ini menjadi pelopor dan bagian dari upaya bersama dalam mewujudkan komitmen 5 gigawatt (GW) BESS pada akhir 2024 dan mengoperasikannya pada akhir 2027.
Baca Juga :
- Pemerintah dan UNOPS Bahas Rencana Pemanfaatan Energi Angin di Indonesia
- Pada COP28, 118 Negara Berjanji Meningkatkan Kapasitas Energi Terbarukan Tiga Kali Lipat
- Portugal Pecahkan Rekor Gunakan 100% Listrik Dari Energi Terbarukan Selama Enam Hari Berturut-turut
Sementara itu, untuk mengurangi satu gigaton CO2 dan kemiskinan energi pada tahun 2030, negara-negara pelopor tersebut membutuhkan sekitar 400 GW energi terbarukan. Dimana dalam hal ini, pengembangan kapasitas penyimpanan sebesar 90 GW menjadi suatu kebutuhan. Komitmen awal Konsorsium BESS sebesar 5 GW akan membantu merumuskan peta jalan untuk mencapai sisa kapasitas tersebut pada tahun 2030. Hal ini menunjukkan peran kunci dalam mempercepat transisi energi yang adil.
Baterry Energy Storage System (Sistem Penyimpanan Energi Baterai) merupakan elemen krusial untuk meningkatkan kapasitas jaringan listrik dan menyesuaikan diri dengan sumber energi terbarukan yang berfluktuasi, yang diperlukan untuk mendorong pembangunan ekonomi. Dalam banyak kasus, kombinasi BESS dan energi terbarukan telah terbukti lebih ekonomis dibandingkan dengan alternatif lain berbahan bakar fosil.
Konsorsium BESS adalah kemitraan yang melibatkan berbagai pihak dan dibentuk untuk memastikan bahwa manfaat dari BESS mampu mengubah sistem energi di negara-negara berkembang.
Negara-negara pelopor dalam Konsorsium BESS akan mendapat dukungan dari berbagai mitra, termasuk GEAPP, Bank Pembangunan Afrika (AfDB), Bank Dunia (World Bank), Asian Development Bank (ADB), Inter-American Development Bank (IDB), Agence Française de Développement (AFD), German Agency for International Cooperation (GIZ), RMI, Africa50, Masdar, Infinity Power, Presidensi COP28, AMEA Power, National Renewable Energy Laboratory (NREL), Net Zero World, dan Sustainable Energy for All (SEforALL).
Perdana Menteri Norwegia dan Co-chair dari Dewan Pemimpin Global, Jonas Gahr Støre, menyatakan bahwa Dewan Pemimpin Global dibentuk untuk mempercepat perubahan dan mendorong inisiatif-transformasional yang dapat mengurangi emisi, menciptakan lapangan kerja, dan memperluas akses terhadap energi bersih dan terjangkau di negara-negara berkembang.
“Tiga bulan yang lalu, kami berkomitmen untuk membentuk Konsorsium BESS, dan saat ini kami telah melibatkan sejumlah negara, mitra, dan pendukung. Ini baru awal, dan ke depannya, kami akan terus bergerak dengan cepat dan berskala kolektif,” ungkapnya dalam keterangan tertulis pada Selasa, 12 Desember 2023.
Ketertarikan Indonesia
Kitty Bu, Wakil Presiden Asia di GEAPP, menyampaikan bahwa Inisiatif GLC yang dipimpin oleh GEAPP, khususnya Konsorsium BESS, telah mencapai kemajuan yang signifikan. Kami berkomitmen untuk menyajikan solusi yang dapat diimplementasikan dan memberikan hasil yang dapat diukur pada Konferensi Perubahan Iklim COP29 tahun depan.
“Dalam konteks Asia, India telah berkomitmen pada Konsorsium BESS, menunjukkan tekad mereka untuk beralih ke energi bersih. Kami berharap Indonesia akan menjadi negara Asia berikutnya yang bergabung dengan Konsorsium BESS, sehingga mendukung agenda energi terbarukan pemerintah. Komitmen kami yang kuat terhadap keberlanjutan mendorong kami untuk menetapkan standar baru, memberikan dorongan kepada orang lain untuk ikut serta dalam perjalanan penting ini menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.”
Sementara itu, manfaat penerapan BESS akan lebih optimal jika penggunaan energi terbarukan sudah diintegrasikan. Di Indonesia, kebijakan baru telah meningkatkan pengembangan energi terbarukan di seluruh negeri. Saat ini, tenaga air merupakan sumber energi terbarukan utama di kepulauan ini, dengan kapasitas terpasang lebih dari 6.500 MW. Disusul oleh bioenergi sebesar 3.086 MW, panas bumi sebesar 2.342 MW, tenaga surya sebesar 270 MW, dan energi angin sebesar 154 MW.
Pada tahun 2030, pemerintah berencana untuk mencapai 35% dari total konsumsi energi dalam bentuk energi terbarukan. Pada tahun 2035, dari total 52% konsumsi energi dalam rencana tersebut, 12% akan berasal dari Variable Renewable Energy (VRE), seperti energi angin dan surya.
Lucky Nurrahmat, Indonesia Country Lead di GEAPP, mengungkapkan bahwa bergabung dengan Konsorsium BESS yang dicanangkan oleh Global Leadership Councill (GLC) GEAPP dapat menjadi salah satu solusi bagi pemerintah Indonesia dalam mempercepat perkembangan BESS di tanah air.
“GEAPP, melalui GLC, dengan senang hati turut serta membantu pemerintah dalam percepatan implementasi BESS dan peningkatan pemanfaatan energi terbarukan. Seiring dengan aktifnya proyek-proyek uji coba BESS di Indonesia, manfaatnya akan terlihat oleh sektor publik dan swasta, yang seharusnya memberikan dorongan untuk menciptakan pasar yang mendukung pertumbuhan komersial dan investasi dalam proyek-proyek yang lebih besar.”
Ia menambahkan bahwa pengembangan BESS di Indonesia memerlukan dukungan bersama dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah pusat dan daerah hingga lembaga legislatif dan sektor swasta, untuk membuka jalan bagi masa depan energi berkelanjutan Indonesia.
Sumber : The Rockefeller Foundation 10+ Countries Join First-of-Its-Kind Consortium To Deploy 5 GW of Battery Energy Storage Systems