PLN EPI Optimalisasi Penggunaan Biomasa untuk Substitusi Batu Bara di PLTU

Optimalisasi pemanfaatan biomassa melalui program co-firing dapat menjadi strategi yang efektif dalam mengurangi ketergantungan pada batu bara dan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan. Salah satunya melalui pemanfaatan bonggol jagung untuk biomassa. Foto (Dok. PLN EPI)

PT Perusahaan Listrik Negara Energi Primer Indonesia (PLN EPI) mengoptimalkan penggunaan biomassa sebagai bahan bakar pengganti batu bara (co-firing) untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Dilansir dari Antara News, Direktur Utama PT. PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, menyatakan bahwa PLN EPI sedang mengimplementasikan program co-firing, yaitu substitusi sebagian batu bara dengan biomassa pada rasio tertentu.

“Indonesia memiliki potensi besar dalam menghasilkan biomassa. Pada tahun 2021, PLN Group telah menggunakan 250.000 metrik ton biomassa untuk co-firing di PLTU. Jumlah ini meningkat menjadi 500.000 metrik ton pada tahun 2022, dan pada tahun 2023 mencapai lebih dari 1.000.000 metrik ton. Tahun ini, target kami adalah menyediakan 2,2 juta ton,” ujar Iwan Agung dalam keterangan di Jakarta, Jumat, (26/07/2024).

Baca Juga:

PLN Indonesia Power Bangun Pabrik Biomassa di Medan untuk Percepat Transisi Energi

Subsidi Energi 2024 Diproyeksikan Meningkat, Sri Mulyani: Nilai Tukar dan Harga Minyak Jadi Faktor Utama

ESDM: Perubahan Iklim Jadi Urgensi Revisi Kebijakan Energi Nasional

Program ini sebagai langkah nyata dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, tambah Iwan Agung.

Pemanfaatan biomassa sebagai pengganti batu bara dalam co-firing mendapat dukungan dari pemerintah. Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Edi Wibowo, menyampaikan bahwa Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 12 Tahun 2023 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Biomassa Sebagai Campuran Bahan Bakar Pada PLTU telah diterbitkan untuk memberikan landasan hukum penggunaan biomassa.

“Peraturan ini masih menunggu harmonisasi dengan Peraturan Menteri Keuangan yang sedang dalam proses revisi,” tambah Edi Wibowo saat Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Risiko, Tantangan, dan Mitigasi pada Tatanan Rantai Pasok dan Komponen Pembentuk Harga Batu Bara dan Biomassa serta Energi Baru Terbarukan Lainnya” di Semarang, Selasa, (23/7/2024).

Hilman Qomarsono, Kepala Seksi Risiko Pinjaman pada BUMN, Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara Kementerian Keuangan, menyatakan bahwa Menteri Keuangan telah memberikan arahan untuk mendukung pengembangan ekosistem biomassa secara maksimal.

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Nani Hendiarti, yang juga menjadi pembicara dalam FGD tersebut, menambahkan bahwa co-firing dan pemanfaatan biomassa dapat menciptakan lapangan kerja.

“Ketersediaan biomassa yang melimpah, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber energi untuk program co-firing sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan,” katanya.

Dalam diskusi tersebut, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto, menekankan pentingnya transisi energi menuju penggunaan energi hijau.

Djoko juga menyatakan bahwa optimalisasi pemanfaatan biomassa melalui program co-firing dapat menjadi strategi efektif dalam mengurangi ketergantungan pada batu bara dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan.

“Revisi Kebijakan Energi Nasional (KEN) bertujuan memberikan arah dalam upaya mewujudkan kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip keadilan, keberlanjutan, integrasi, efisiensi, produktivitas, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi nasional, ketahanan energi nasional, dan pemenuhan komitmen Indonesia dalam dekarbonisasi,” ujarnya.

Sumber: Antara News PLN EPI maksimalkan penggunaan biomassa melalui co-firing PLTU