PT PLN (Persero) berkomitmen mempercepat pengembangan energi terbarukan di Indonesia melalui skenario *accelerated energy*. Strategi ini mencakup optimalisasi kapasitas energi terbarukan yang sudah ada serta pembangunan instalasi baru hingga 2045.
Menurut Kamia Handayani, Executive Vice President Transisi Energi dan Keberlanjutan PT PLN, skenario ini dirancang untuk menambah kapasitas energi terbarukan secara signifikan. “Awalnya, target energi terbarukan direncanakan mencapai 52 persen pada 2030. Namun, melalui skenario ini, kapasitas tersebut ditingkatkan menjadi 75 persen hingga 2040,” ujarnya dalam sesi diskusi pada COP29 di Baku, Azerbaijan (12/11).
Kamia, yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Pasar Karbon METI, menjelaskan bahwa target ini diperlukan karena emisi sektor pembangkitan listrik Indonesia diperkirakan mencapai puncaknya pada 2030 sebelum akhirnya menurun hingga nol pada 2060. “Pengurangan intensitas emisi harus dimulai secara bertahap hingga 2030,” tambahnya.
PLN telah mengidentifikasi potensi energi terbarukan yang signifikan, antara lain 3,4 gigawatt (GW) dari panas bumi, 10 GW dari tenaga air, dan 5 GW dari tenaga surya. Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, total kapasitas energi terbarukan yang akan terintegrasi mencapai 21 GW. Angka ini mencakup 4,4 GW dari kapasitas yang sudah terpasang dan dalam proses pembangunan, serta 16,5 GW yang sedang direncanakan.
Namun, Kamia mengakui tantangan geografis dalam pengembangan ini. Sebagian besar sumber energi terbarukan berada di luar kawasan permintaan tinggi, seperti Jawa dan Sumatra. Oleh karena itu, PLN berencana membangun jaringan listrik Green Enabling Super Grid untuk mendistribusikan energi terbarukan ke seluruh wilayah Indonesia.
Dari sisi pembiayaan, Kamia mengungkapkan bahwa sumber dana akan berasal dari kredit karbon dan kredit energi terbarukan. Hingga 2028, PLN menargetkan menerbitkan sekitar 7 juta ton CO2e sertifikat kredit karbon.
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyoroti potensi energi terbarukan Indonesia yang mencapai 3,6 terawatt (TW). Namun, baru sekitar 0,3 persen dari potensi tersebut yang dimanfaatkan. Potensi terbesar berasal dari tenaga surya fotovoltaik dengan kapasitas 3,2 TW, diikuti panas bumi sebesar 23 GW, di mana pemanfaatannya baru mencapai 2,5 GW atau 11 persen dari total potensi.
Climate Change Conference of the Parties (COP) ke-29, yang berlangsung di Baku, Azerbaijan, pada 11-22 November 2024, menyoroti pembiayaan iklim sebagai upaya mengurangi emisi global. Acara tahunan ini dihadiri oleh negara-negara anggota PBB untuk memperkuat komitmen global dalam menghadapi perubahan iklim.
Sumber Katadata PLN Paparkan Skenario Pengembangan Energi Terbarukan di COP29