Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan dukungan bagi para pengembangan energi baru terbarukan dari biomassa kayu dengan memanfaatkan hutan tanaman energi di Kabupaten Gunungkidul.
Menurut Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, program yang digagas oleh PT PLN Energi Primer Indonesia dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI itu memiliki signifikansi penting dan strategis.
“Saya mendukung penuh inisiatif diversifikasi sumber energi melalui pemanfaatan bahan bakar biomassa berbasis kayu hutan produksi atau hutan tanaman energi,” kata dia dalam FGD “Pengembangan Sirkular Ekonomi Melalui Revitalisasi Lahan Kritis Energi”, (Kamis, 21/03/2024).
Baca Juga:
Menteri ESDM Arifin Tasrif Melantik Eniya Listiani Dewi Sebagai Dirjen EBTKE
DPR dan Kementerian ESDM Akan Bahas RUU EBET Pada Awal April
PLN Indonesia Power Tambah Kapasitas Pembangkit Hijau Berbasis Energi Terbarukan di Nusa Penida Bali
Sultan HB X menekankan bahwa pasokan energi yang stabil dan handal sangat penting, terutama untuk penerangan sehari-hari, transportasi, dan industri yang menjadi tulang punggung ekonomi negara.
Dia juga menyatakan bahwa kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat merupakan kunci dalam menghadapi krisis energi dan mendorong inovasi, investasi, dan pengembangan infrastruktur yang diperlukan untuk memperkuat sistem energi negara.
Sebagai bentuk dukungan, DIY telah memulai pembangunan ekosistem Green Economy pada tahun 2023 untuk mendukung Net Zero Emission (NZE) di Gunungkidul melalui penanaman Kleresede.
Menurut dia, tanaman Kleresede memiliki banyak manfaat, termasuk sebagai peneduh, pelindung tanaman, pakan ternak, dan dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk biogas.
Ia juga menyebut bahwa penanaman Kleresede oleh masyarakat Gunungkidul dapat membantu memperbaiki ekonomi lokal.
“Kerja sama ini saya kira bisa ada lanjutan, karena masyarakat di Gunungkidul itu yang saya lihat itu juga satu kelurahan inisiatif Pak Lurah melakukan pembibitan 50 ribu. Satu bibit dihargai Rp1.000. Setidaknya dalam satu desa beredar Rp50 juta yang bisa memperbaiki ekonomi juga,” kata dia.
Sultan HB X juga menyebut bahwa penanaman Kleresede akan membantu dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak dan sebagai pengganti batubara untuk PLN dengan harga yang lebih murah.
Sultan menyadari pentingnya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil untuk mengatasi dampak perubahan iklim global.
Sementara itu, Direktur Utama PT PLN Energi Primer Indonesia, Iwan Agung Firstantara, juga menyatakan bahwa saat ini pihaknya telah memulai proyek pembudidayaan tanaman Kleresede di beberapa lokasi di Gunungkidul, serta di berbagai daerah lainnya di Indonesia.
“Tetapi di seluruh masyarakat itu juga kami kembangkan untuk pembibitan dan juga penanaman secara mandiri masyarakat. Jadi sebenarnya cukup banyak, ada di masyarakat, tanah kas desa dan Sultan Ground,” katanya.
Menurutnya, pengembangan energi baru terbarukan dari biomassa kayu adalah langkah antisipatif terhadap keterbatasan energi tidak terbarukan dan menjawab kebutuhan energi masyarakat yang semakin kompleks.
“Penduduk juga melakukan pengembangan sendiri, karena penduduk di lahan kritis menanam sendiri. Selain di Gunungkidul kami juga kembangkan bersma mitra di Banten, Tasikmalaya, Cilacap, Kupang hingga Kalimantan Barat,” kata dia.
Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Nani Hendiarti, menyatakan bahwa pengembangan energi baru terbarukan dari biomassa kayu adalah langkah untuk memanfaatkan limbah kayu menjadi sumber energi yang bermanfaat, sehingga tidak ada limbah yang terbuang percuma.
“Kita dorong pemanfaatan limbah kayu dan hasilnya ini menjadi biomassa. Artinya, tidak ada tersisa limbah pohon, semuanya bermanfaat baik daun maupun kayunya,” ujar Nani.