Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah menciptakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung yang dapat berpindah tempat sebagai solusi untuk mengatasi keterbatasan lahan dalam proyek tenaga surya di daratan.
Peneliti Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN, Adjat Sudrajat, menjelaskan bahwa PLTS terapung ini bisa dipasang di atas air, seperti danau, waduk, dan laut.
“Panel surya yang dipasang di permukaan air tidak hanya mengatasi keterbatasan lahan, tetapi juga mengurangi penguapan air,” ujarnya dalam keterangan yang disampaikan di Jakarta pada Selasa.
Adjat menjelaskan bahwa air di sekitar panel surya berfungsi sebagai pendingin alami, yang dapat meningkatkan efisiensi dan output energi secara keseluruhan.
Sistem PLTS terapung mobile yang dikembangkan oleh BRIN tidak hanya berfungsi sebagai pembangkit listrik, tetapi juga bisa digunakan untuk menyediakan energi bagi pompa irigasi pertanian.
“Pada tahun 2023, kami telah merancang sistem PLTS terapung untuk irigasi pertanian di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah,” kata Adjat.
Teknologi PLTS terapung mobile ini terinspirasi oleh mobilitas mesin diesel yang digunakan untuk irigasi pertanian di Wonogiri.
Pada tahun 2024, ilmuwan BRIN sedang menguji proyek percontohan PLTS terapung yang dapat berpindah tempat tersebut. Sistem ini terdiri dari integrasi sistem pengapung, sistem pompa air tenaga surya, dan sistem penggerak.
Adjat berharap bahwa penggunaan sistem PLTS terapung yang dapat berpindah tempat ini dapat meningkatkan produktivitas pertanian karena pengairan tersedia sepanjang tahun, sehingga musim tanam menjadi lebih panjang.
Selain itu, listrik tenaga surya juga dapat mengurangi emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari produksi listrik konvensional.
“Harapan kami adalah pada tahun 2025, prototipe ini sudah dapat diterapkan di lokasi yang sebenarnya,” tutup Adjat.
Sumber: Siaran Pers BRIN BRIN Kembangkan PLTS Terapung Mobile Pertama di Indonesia