Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Nurul Ichwan, menyatakan bahwa investor sangat menantikan kepastian mengenai patokan harga untuk berinvestasi dalam sektor energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
“Jadi, memang kuncinya dari kesepakatan, dari policy agreement. Nah ini kemudian yang patokan harga ini yang masih akan ditunggu-tunggu oleh pihak investor,” kata Nurul dalam acara Road to PLN Investment Days 2024 di Jakarta pada Selasa (04/06/2024).
Dilansir dari Antara News, Nurul mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk investasi EBT, namun ada tantangan terkait penetapan harga yang membuat investor perlu menyesuaikan rencana mereka.
“Nanti kalau RUPTL Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN sudah keluar kemudian juga dari PPA (Power Purchase Agreement) nya sudah bisa ada indikatifnya, maka saya yakin begitu ini dihitung-hitung masuk ke dalam hitungan investasi mereka (investor), mereka akan masuk,” jelas Nurul.
Baca Juga:
Kementerian ESDM Percepat Finalisasi RUU Energi Terbarukan Sebelum Pelantikan Presiden
Dalam RUPTL Terbaru PLN Fokuskan 75% Listrik Dari Energi Terbarukan
Maharaksa Biru (OASA) Proyeksikan Kebutuhan Biomassa 2,4 Juta Ton pada 2024
Ia juga menyebut banyak negara yang tertarik berinvestasi di sektor energi terbarukan di Indonesia, meskipun tidak merinci negara-negara tersebut.
“Karena sejauh ini banyak di negara negara maju investornya itu memang sudah tertarik sejak lama untuk bisa berkontribusi di energi baru terbarukan di Indonesia,” tambahnya.
Menurut Nurul, penetapan patokan harga akan menciptakan keadilan bagi PLN dan investor lainnya, sehingga tercapai kesepakatan yang adil.
“Jadi kalau kita bicara fairness (keadilan) bukan untung di satu pihak kemudian PLN merugi, atau untung di PLN pihak yang lain juga merugi,” ujarnya.
Nurul mencontohkan investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata di Purwakarta, Jawa Barat, yang merupakan kerja sama antara Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA)
Ia juga menyebutkan bahwa sejumlah negara dari Timur Tengah, Eropa, dan Amerika tertarik untuk berinvestasi dalam proyek-proyek energi terbarukan di Indonesia seperti di Cirata.
Lebih lanjut, Nurul menekankan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk investasi energi baru terbarukan berkat sumber daya alam yang melimpah.
“Misalnya dalam investasi energi surya, ekosistem akan terbentuk termasuk pembangkit listrik, industri panel surya, dan elemen lainnya. Kita memiliki kemampuan untuk mendukung itu,” jelas Nurul.
Nurul juga menyoroti pentingnya pasar domestik yang kuat sebagai faktor penarik bagi investor dalam sektor EBT di Indonesia.
“Cuma mereka (investor) juga selalu meminta bahwa salah satu dari pertimbangan investor untuk masuk adalah domestik market nya juga harus bisa ditumbuhkan dengan baik,” tutup Nurul.Sumber: Antara News BKPM sebut patokan harga ditunggu investor untuk investasi EBT