METI dan PLN Bahas Strategi Perdagangan Karbon untuk Wujudkan Target Net Zero Emission

Jakarta, 19 Februari 2025 – Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) bersama PT PLN (Persero) kembali menggelar Seminar dan FGD METI Roundtable Talk #3 dengan tema Carbon Trading Unlocked: Insights and Strategies Across Industries. Acara yang berlangsung di The Ritz-Carlton Hotel Jakarta ini menjadi wadah diskusi strategis antara pemerintah, sektor BUMN, sektor swasta, dan praktisi energi dalam membahas peluang dan strategi perdagangan karbon guna mendukung transisi energi bersih di Indonesia.  

Seminar ini mendapat dukungan dari PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Medco Energi International Tbk, PT. Supreme Energy, PT PLN Indonesia Power, PT PLN Nusantara Power, dan PT PLN Energi Primer Indonesia. Tujuan utama dari seminar ini adalah mendorong implementasi Nilai Ekonomi Karbon (NEK) sebagai bagian dari upaya mitigasi perubahan iklim. METI menilai bahwa perdagangan karbon memiliki potensi besar dalam mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) serta mendorong pertumbuhan ekonomi hijau dan inovasi teknologi.

Sambutan Ketua Umum METI, Bapak Wiluyo Kusdwiharto

Ketua Umum METI, Bapak Wiluyo Kusdwiharto, menggarisbawahi pentingnya sinergi lintas sektor untuk mencapai target net zero emission (NZE). Salah satu langkah strategis adalah mengimplementasikan program perdagangan karbon yang efektif di Indonesia.

“Indonesia perlu memperkuat ekosistem dan mekanisme perdagangan karbon, termasuk melalui peningkatan kapasitas, insentif harga, penyelarasan dengan pasar global, serta penguatan regulasi dan tata kelola,” ungkap Bapak Wiluyo dalam sambutannya.  

Sambutan Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Nilai Ekonomi Karbon BPLH, Bapak Ary Sudijanto

Bapak Ary Sudjianto, Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Nilai Ekonomi Karbon BPLH yang hadir mewakili Menteri Lingkungan Hidup, Bapak Hanif Faisol Nurofiq, menyoroti posisi strategis Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim. Berkat sumber daya alam yang melimpah dan populasi besar, Indonesia dinilai mampu mengurangi emisi hingga 31,89% secara mandiri dan 43,20% dengan dukungan internasional pada 2030, melalui pendekatan holistik dan berkelanjutan.  

Topik utama yang dibahas dalam forum ini adalah Nilai Ekonomi Karbon (NEK), yang meliputi perdagangan karbon, kredit karbon, dan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Implementasi NEK diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru serta mendorong inovasi teknologi dalam pengelolaan emisi karbon.  

Diskusi Panel oleh Bapak Edwin Hartanto, Head of Carbon Trading Development Bursa Efek Indonesia

Bapak Edwin Hartanto, Head of Carbon Trading Development Bursa Efek Indonesia (IDX Carbon), memaparkan pencapaian platform IDX Carbon sejak peluncurannya pada 2023. Hingga Januari 2025, IDX Carbon mencatat transaksi sebesar 1,56 juta tCO₂e, dengan total nilai transaksi Rp58,8 miliar. Potensi besar ini menunjukkan peran penting perdagangan karbon dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim di Indonesia.  

Selain seminar, acara ini juga menghadirkan Forum Group Discussion (FGD) yang membahas empat topik utama terkait perdagangan karbon, yaitu:

Pelaksanaan Carbon Trading di Sektor BUMN, yang membahas kesiapan dan tantangan sektor BUMN dalam mendukung perdagangan karbon.

Ibu Nareswari Sumarsono saat Memimpin Kelompok Diskusi Mengenai Pelaksaanaan Carbon Trading di Sektor BUMN

Peluang Carbon Tax di Sektor Transportasi, yang mengupas potensi penerapan pajak karbon untuk mengurangi emisi dari sektor transportasi.

Bapak Ahmad Syarifuddin saat Memimpin Kelompok Diskusi Mengenai Peluang Carbon Tax di Sektor Transportasi

Sektor Kehutanan dalam Menyediakan Pasar Karbon, yang mengulas peran sektor kehutanan sebagai penyedia kredit karbon melalui pelestarian hutan dan reboisasi.

Bapak Purwadi Soeprihanto saat Memimpin Kelompok Diskusi Mengenai Sektor Kehutanan dalam Menyediakan Pasar Karbon

Bagaimana Industri Swasta Melihat Pasar Karbon, yang mengupas pandangan sektor swasta terhadap peluang dan tantangan pasar karbon.

Ibu Endang Astharanti saat Memimpin Kelompok Diskusi Mengenai Bagaimana Industri Swasta Melihat Pasar Karbon

METI Roundtable Talk #3 menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi lintas sektor dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Rekomendasi strategis yang dirumuskan meliputi penguatan regulasi, efisiensi energi, dan pengembangan teknologi inovatif untuk mendukung pengurangan emisi GRK. METI juga menegaskan pentingnya membangun ekosistem NEK yang inklusif, transparan, dan berkeadilan.  

Dengan sinergi kebijakan yang kuat, kolaborasi lintas sektor, dan inovasi berkelanjutan, Indonesia diharapkan dapat mempercepat transisi energi bersih sekaligus mengurangi emisi karbon secara signifikan.